Jumat, 08 Maret 2013

Doa Agar Diselamatkan Dari Penyakit Kikir

Ada sebuah do’a sederhana yang jaami’ (singkat dan syarat makna) yang sudah sepatutnya kita menghafalkannya karena amat bermanfaat. Do’a ini berisi permintaan agar kita terhindar dari penyakit hati yaitu ‘syuh’ (pelit lagi tamak) yang merupakan penyakit yang amat berbahaya. Penyakit tersebut membuat kita tidak pernah puas dengan pemberian dan nikmat Allah Ta’ala, dan dapat mengantarkan pada kerusakan lainnya. Do’a ini kami ambil dari buku “Ad Du’aa’ min Al Kitab wa As Sunnah” yang disusun oleh Syaikh Dr. Sa’id bin Wahf Al Qahthani hafizhahullah.

Do’a tersebut adalah,
اللَّهُمَّ قِنِي شُحَّ نَفْسِي وَاجْعَلْنِي مِنَ الْمُفْلِحِينَ
/Allahumma qinii syuhha nafsii, waj’alnii minal muflihiin/
Ya Allah, hilangkanlah dariku sifat pelit (lagi tamak), dan jadikanlah aku orang-orang yang beruntung
Do’a ini diambil dari firman Allah Ta’ala dalam surat Ath Taghabun ayat 16,
وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
Dan barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung
Kosakata
“الشح” berarti bakhl (pelit) lagi hirsh (tamak/ rakus). Sifat inilah yang sudah jadi tabiat manusia sebagaimana Allah berfirman,
وَأُحْضِرَتِ الأنْفُسُ الشُّحَّ
Walaupun manusia itu menurut tabiatnya kikir” (QS. An Nisa’: 128).
“الفلاح” artinya beruntung dan menggapai harapan. Yang dimaksudkan al falah (beruntung/menang) ada dua macam yaitu al falah di dunia dan di akhirat. Di dunia yaitu dengan memperoleh kebahagiaan dengan hidup yang menyenangkan. Sedangkan kebahagiaan di akhirat yang paling tinggi adalah mendapat surga Allah.
Kandungan Do’a
Do’a ini berisi hal meminta berlindung dari sifat-sifat jelek yang biasa menimpa manusia yaitu penyakit “syuh” yakni pelit dan tamak pada dunia. Orang yang memiliki sifat jelek ini akan terlalu bergantung pada harta sehingga enggan untuk berinfak atau mengeluarkan hartanya di jalan yang wajib atau pun di jalan yang disunnahkan. Bahkan sifat “syuh” ini dapat mengantarkan pada pertumpahan darah, menghalalkan yang haram, berbuat zhalim, dan berbuat fujur (tindak maksiat). Sifat ini “syuh” ini benar-benar akan mengantarkan pada kejelekan, bahkan kehancuran di dunia dan akhirat. Oleh karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memperingatkan adanya penyakit “syuh” ini dan beliau menjelaskan bahwa penyakit itulah sebab kehancuran. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,
وَإِيَّاكُمْ وَالشُّحَّ، فَإِنَّ الشُّحَّ أَهْلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ: أَمَرَهُمْ بِالْقَطِيعَةِ فَقَطَعُوا، وَأَمَرَهُمْ بِالْبُخْلِ فَبَخِلُوا، وَأَمَرَهُمْ بِالْفُجُورِ فَفَجَرُوا
Waspadalah dengan sifat ‘syuh’ (tamak lagi pelit) karena sifat ‘syuh’ yang membinasakan orang-orang sebelum kalian. Sifat itu memerintahkan mereka untuk bersifat bakhil (pelit), maka mereka pun bersifat bakhil. Sifat itu memerintahkan mereka untuk memutuskan hubungan kekerabatan, maka mereka pun memutuskan hubungan kekerabatan. Dan Sifat itu memerintahkan mereka berbuat dosa, maka mereka pun berbuat dosa” (HR. Ahmad 2/195. Dikatakan Shahih oleh Syaikh Al Arnauth)
Sufyan Ats Tsauri pernah mengatakan, “Aku pernah melakukan thawaf mengelilingi Ka’bah. Kemudian aku melihat seseorang berdo’a ‘Allahumma qinii syuhha nafsii’, dia tidak menambah lebih dari itu. Kemudian aku katakan padanya, ‘Jika saja diriku terselamatkan dari sifat ‘syuh’, tentu aku tidak akan mencuri harta orang, aku tidak akan berzina dan aku tidak akan melakukan maksiat lainnya’. Laki-laki yang berdo’a tadi ternyata adalah ‘Abdurrahman bin ‘Auf, seorang sahabat yang mulia. (Dibawakan oleh Ibnu Katsir pada tafsir Surat Al Hasyr ayat 10).
Lalu bagian do’a yang terakhir,
وَاجْعَلْنِي مِنَ الْمُفْلِحِينَ
/Waj’alnii minal muflihiin/
Ya Allah, dan jadikanlah aku orang-orang yang beruntung“.
Maksud do’a ini adalahb jadikanlah orang-orang yang beruntung di dunia dan akhirat. Jika ia telah mendapakan hal ini, itu berarti ia telah mendapatkan seluruh permintaan dan selamat dari segala derita.
[Tulisan ini disarikan dari kitab “Syarh Ad Du’a minal Kitab was Sunnah lisy Syaikh Sa’id bin Wahf Al Qahthani”. Pensyarh: Mahir bin ‘Abdul Humaid bin Muqaddam]
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal

Jumat, 01 Maret 2013

AYAT KURSI SEBAGAI BENTENG PERTAHANAN


“Allah, tidak ada yang benar disembah hanya Dia yang Hidup dan Maha Kaya, tidak pernah mengantuk dan tidak pernah tidur, bagi-Nya sesuatu yang ada di langit dan di bumi, tidak ada yang boleh memberi syafaat kecuali denga izin Nya. Ia maha mengetahui segala apa yang terjadi di hadapan mereka dan dibelakang mereka. Tidaklah mereka meliputi ilmunya kecuali yang dikehendaki-Nya. Lebih luas kursinya dari langit dan bumi. Tidak susah bagi Nya memelihara keduanya. Ia Maha Tinggi dan Maha Besar.”
Ayat Kursi diturunkan pada suatu malam saat Rasulullah berhijrah. Menurut riwayat, ayat kursi ini diturunkan disertai dengan beribu-ribu malaikat sebagai pengantar, karena kebesaran dan kemuliaannya. Kerajaan Iblis menjadi gempar karena ada sesuatu yang menjadi perintang dalam perjuangan mereka menegakkan kejahatan.
Setelah menerima ayat tersebut Rasulullah SAW segera memerintah kepada pencatat Al Quran yaitu Zaid bin Tsabit agar segera menulis dan menyebarkannya.
Ada terdapat sembilan puluh lima buah hadis yang menjelaskan faedah Ayat Kursi. Ayat ini dikenal dengan ayat kursi karena di dalamnya terdapat kata kursi, tempat duduk yang megah lagi yang mempunyai Dzat yang Maha Memiliki Martabat dan Derajat. Yang perlu diperhatikan, tidak tepat memaknai kata kursi ini sebagai tempat duduk Tuhan. Makna yang lebih pas adalah syiar atas kebesaran-NYA.
10 MANFAAT
1. Barang siapa yang membaca ayat Kursi dengan istikomah setiap kali selesai sembahyang fardhu, setiap pagi dan petang, setiap kali masuk ke rumah atau ke pasar, setiap kali masuk ke tempat tidur dan musafir, insyaallah akan diamankan dari godaan syaitan dan kejahatan raja-raja (yang berkuasa di suatu wilayah) yang kejam, diselamatkan dari kejahatan manusia dan kejahatan binatang. Terpelihara dirinya dan keluarganya, anak-anaknya, hartanya, rumahnya dari pencurian, kebakaran dan banjir, gempa bumi dan bencana lainnya.
2. Dalam kitab Ass’arul Mufidah, barang siapa yang mengamalkan ayat kursi dengan membaca sebanyak 18 kali, Inysa Allah ia akan hidup dengan berjiwa tauhid, dibukakan dadanya dengan berbagai hikmah, dimudahkan rezekinya, dinaikkan martabatnya, diberikan kepadanya pengaruh sehingga orang segan kepadanya, diperlihara dari segala bencana dengan ijin Allah SWT.
3. Salah seorang ulama Hindi mendengar dari salah seorang guru besarnya dari Abi Lababah r.a: membaca ayat Kursi sebanyak anggota sujud (7 kali) setiap hari adalah benteng pertahanan Rasulullah SAW.
4. Syaikh Abul ‘Abas al Bunni menerangkan: Barang siapa membaca ayat Kursi sebanyak hitungan kata-katanya (50 kali), di tiupkan pada air hujan kemudian diminumnya, maka Insya Allah akan cerdas akalnya dan akan dipermudah pelajaran yang dihadapinya.
5. Barangsiapa membaca ayat Kursi selepas sholat fardhu, Tuhan akan mengampunkan dosanya. Yang membacanya ketika akan tidur maka dia terpelihara dari gangguan setan, dan bila membacanya ketika marah, maka akan hilang rasa marahnya.
6. Syaikh al Buni menerangkan: barangsiapa yang membaca ayat Kursi sebanyak hitungan hurufnya (170 huruf), maka Insya Allah, dia akan ditolong dalam segala hal dan saat ia menunaikan segala hajat. Melapangkan pikirannya, diluaskan rezekinya, dihilangkan kedukaannya dan diberikan apa yang diinginkannya.
7. Barang siapa membaca ayat Kursi ketika hendak tidur, maka Tuhan mengutus dua malaikat penjaga yang menjaga selama tidurnya sampai pagi hari.
8. Abdurohman bin Auf menerangkan bahwa, apabila masuk rumah dengan membaca ayat Kursi pada empat penjuru rumahnya maka akan diutus penjaga yang melindungi rumahnya dari setan yang terkutuk.
9. Syaikh al Buni menerangkan: siapa yang takut terhadap serangan musuh hendaklah ia membuat garis lingkaran denga menahan nafas sambil membaca ayat Kursi. Kemudian ia masuk bersama jamaahnya ke dalam garis lingkaran tersebut menghadap kearah musuh, sambil membaca ayat Kursi sebayak 50 kali, atau 170 kali, Insya Allah musuh tidak akan melihatnya dan tidak akan mengalahkannya.
10. Dalam kitab Khawasul Qur’an dikatakan oleh Syaikh Kabir Muhyiddin Ibnul Arabi, barang siapa yang membaca ayat Kursi sebayak 1000 kali dalam sehari semalam selama 40 hari, maka demi Allah, demi Rasul, demi al Quran yang mulia, Tuhan akan membukakan baginya hijab ruhani, apa yang dikehendakinya terkabul dan ia diberi derajat yang pengaruh yang tinggi di masyarakat. ***